Marthunis : Hilirisasi Diperlukan Untuk Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Aceh dan Membuka Peluang Investasi, Lapangan Kerja Baru
Banda Aceh mendorong iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh dan Pemerintah Provinsi Aceh akan melaksanakan The 3rd Aceh-Gayo Sustainable Investment Dialogue (AGASID) 2023 dengan tema “Strengthening Aceh’s Economy Through Sustainable Investment and Value Added Commodities”, Hermes Hotel Kota Banda Aceh.
Aceh Gayo Sustainable Investment Dialogue (AGASID) 2023. Dikatakan Kepala DPMPTSP Aceh, Marthunis, ST, DEA, bahwa ini merupakan sebuah forum dialog yang dirancang khusus untuk memberikan kesempatan kepada seluruh pihak, untuk berpartisipasi dalam pembahasan pembangunan dan investasi yang berkelanjutan dan berwawasan kepada pelestarian lingkungan, berdampak sosial dan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) atau ESG (Environmental, social, and governance). Selasa (10/10/2023).
Dalam laporan singkat pelaksanaan acara ini. Pertama-tama, mengucapkan terima kasih tiada terhingga kepada pihak Bank Indonesia atas dukungan dan kerjasamanya. Dikatakan Marthunis, berkat kerjasama yang baik antara Pemerintah Aceh dan Bank Indonesia, AGASID berhasil kita selenggarakan untuk ketiga kalinya, sebagai sebuah agenda flagship tahunan yang menunjukkan komitmen kita bersama dalam mendorong investasi berkelanjutan di Aceh.
Pada AGASID 2023 ini, kita mengangkat tema “Strengthening Aceh’s Economy through Sustainable Investment and Value-added Commodities”. Tema ini sangat relevan mengingat Aceh memiliki beragam sumber daya alam yang perlu didayagunakan secara optimal melalui hilirisasi dan peningkatan nilai tambah. Karena Aceh memiliki potensi besar dalam sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, pariwisata, energi terbarukan, dan perdagangan karbon, ujarnya.
Namun demikian, kita juga harus menyadari tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan sektor-sektor tersebut secara berkelanjutan. Beberapa di antaranya adalah rendahnya produktivitas dan kualitas produk lokal, kurangnya akses pasar dan modal usaha, lemahnya infrastruktur dan teknologi, serta adanya ancaman deforestasi dan degradasi lingkungan, ungkap Kadis DPMTSP Aceh yang Juga Plt Kepala BPKS Sabang.
Dikatakan untuk itu, kita membutuhkan dialog yang konstruktif dan kolaboratif antara semua pemangku kepentingan terkait untuk mencari solusi terbaik bagi pembangunan Aceh yang berkelanjutan. AGASID 2023 adalah wadah yang tepat untuk melakukan hal itu.
Di sini kita akan mendengar paparan dari para pembicara kunci yang ahli di bidangnya, seperti Menteri Investasi Bapak Bahlil Lahadalia, Wali Nanggroe Aceh, PYM Malik Mahmud Al-Haytar, serta para akademisi dan praktisi dari dalam dan luar negeri. Mereka akan membagikan pengalaman, pengetahuan, dan gagasan mereka tentang bagaimana Aceh dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki guna mendorong investasi bersih dan berkelanjutan sekaligus menciptakan industri hilirisasi yang berbasis produk turunan komoditas unggulan Aceh dan inisiatif investasi yang berwawasan lingkungan lainnya, imbuh Marthunis.
Selain itu, AGASID 2023 ada berbagai kegiatan menarik seperti seminar investasi, business matching, forum debottlenecking permasalahan investasi, dan kunjungan lapangan ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada para peserta untuk menjalin relasi bisnis, bertukar informasi, dan turut berkontribusi dalam mewujudkan pembangunan Aceh yang berkelanjutan, tegasnya.
“Secara historis AGASID adalah sebuah forum dialog yang sudah diselenggarakan sejak tahun 2021 di Takengon, Gayo Highland. Tahun ini merupakan penyelenggaraan AGASID yang ketiga. Ini menunjukkan bahwa AGASID telah menjadi sebuah acara yang konsisten dan berkualitas dalam membahas isu-isu strategis terkait dengan pembangunan dan investasi berkelanjutan di Aceh. Dengan harapan AGASID dapat terus berlanjut dan berkembang menjadi sebuah platform yang mampu menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang bermanfaat bagi pemerintah, dunia usaha, masyarakat sipil, dan akademisi,” Tegasnya.
Tentu untuk meningkatkan daya tarik investasi di Aceh, promosi yang berkualitas dan menyeluruh sangat diperlukan. Promosi tidak hanya sekadar menginformasikan potensi dan peluang investasi yang ada, tetapi juga menyampaikan kemudahan berusaha, insentif fiskal, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya yang tersedia di Aceh. Ditambahkan marthunis bahwa promosi juga perlu dilakukan secara intensif baik melalui media massa, pameran, maupun business gathering. Selain itu, kerja sama dan sinergi yang baik antar institusi terkait seperti melalui Kelompok Kerja Aceh Investment Relations Unit (AIRU) juga sangat penting untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Namun demikian, tantangan hilirisasi di Aceh masih menjadi PR besar yang perlu diselesaikan.
Hilirisasi diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas Aceh sekaligus membuka peluang investasi dan lapangan kerja baru. Oleh karena itu, kolaborasi semua pihak sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah hilirisasi ini sehingga memberikan manfaat dan inspirasi bagi kita semua dalam mengembangkan investasi berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di Aceh, pungkasnya.