TRH : Pentingnya Menahan Diri dan Mengontrol Emosi Dalam Dunia Digital
Sabang – Kita saat ini sedang memasuki era masyarakat digital, dimana peran Tranformasi digital menjadi sebuah keniscayaan, penggunaan tehnologi dari aspek kehidupan mulai dari ekonomi, pelayanan publik, kesehatan hingga pendidikan dalam pemandangan kita sehari hari.
Masyarakat digital memiliki kebutuhan yang tinggi akan informasi dan mengalami perubahan pola interaksi dari langsung menjadi tidak langsung yang dilakukan melalui jejaring media sosial. “Disaat bersamaan kita juga masih mengalami tantangan globalisasi dimana masyarakat semakin mudah terpapar budaya luar melalui perkembangan tehnologi yang semakin canggih. Akibatnya sering kali informasi dan budaya dari luar terserap utuh tanpa ada filertrasi.” ungkap Teuku Riefky Harsya (TRH) dalam acara Ngobrol bareng Legislator dengan Topic: Literasi Budaya Digital : Digitalisasi Aksara Nusantara di Kota Sabang. Selasa (09/05/2023).
TRH menambahkan, Budaya luar diserap sedemikian rupa sehingga tradisi lama dianggap tidak relavan dan ketinggalan jaman. Oleh karenanya peran sentral kita terhadap masyarakat Indonesia dalam mengahadapi fenomena ini harus terus ditingkatkan. Kita harus mampu menjadi subjek transformasi digital ini, jangan hanya nantinya menjadi objek yang pasif yang tidak mempersiapkan apapun. Padahal seharusnya kita mampu menciptakan standar pola dan perilaku dalam beraktifitas secara digital.
Pola dan perilaku inilah yang menjadi kebiasaan yang pada akhirnya menjadi budaya kita masyarakat Indonesia sehingga terwujudlah budaya Indonesia digital yang berbudaya Indonesia, ujar Sekjen DPP Partai Demokrat.
TRH mengimbuhkan, Masyarakat yang berbudaya adalah mereka yang mampu memahami hak dan kewajiban di dunia, memiliki kebebasan untuk mengakses, menggunakan, membuat dan menyebarkan, informasi melalui media digital namun bukan semata kebebasan tanpa batas namun mereka yang mampu berekspresi atau berkomentar secara santun sesuai dengan budaya Indonesia didunia nyata.
“Memahami kultur dan toleransi diruang digital sesuai dengan pedoman Pancasila dan Bhinneka tunggal Ika, dengan demikian sebagai masyarakat digital yang hampir setiap hari bersinggungan dengan tehnologi, langkah yang kita lakukan adalah menghindari opini yang menyulutkan perpecahan sebelum berkomentar pikirkan terlebih dahulu sebelum berkomentar dan pahami aturan berpendapat agar tidak terjerat hukum,” tegasnya.
Salah satu nilai yang sangat penting dalam dunia digital adalah tidak menyebar hoax atau menjadi provokator. Penting bagi kita untuk menahan diri dan mengontrol emosi untuk tidak menyebarkan berita yang tidak jelas kebenarannya, pungkasnya.