Banda Aceh – “Saya menghimbau kepada kita semua terutama di Kabupaten dan Kota untuk mengurangi terjadinya kecurangan-kecurangan di tingkat pengecer. Disaat petani kita butuh pupuk, ada dipasar dan sesaui dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang sudah ditentukan oleh pemerintah,”
Penegasan dan harapan itu disampaikan Kedistanbun Aceh malalui Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Azanuddin Kurnia, SP.MP saat membuka acara pertemuan evaluasi terkait pupuk bersubsidi di Hermes Hotel, Kota Banda Aceh, Senin 12 Oktober 2022 malam.
Acara tersebut dilaksanakan selama tiga hari, 12-14 Oktober 2022 yang diikuti oleh Kadis dan Kabid dari Dinas terkait Kabupaten/Kota se- Aceh sebagai peserta.
Lebih lanjut Azanuddin Kurnia memaparkan jika sarapan penyaluran pupuk bersubsidi sudah mencapai 70 persen dari jumlah total 140.383 ton dari jumlah lahan 213.000 hektar. Sehingga jika ada derah yang kelebihan pupuk maka harus dilakukan reposisi ke daerah lain agar mencapai target yang telah ditentukan hingga akhir tahun.
Dalam kesempatan itu, Azanuddin Kurnia juga berpesan agar Kabupaten dan Kota yang belum menyeselesaikan data areal potensi lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) untuk bisa disegerakanan mengingat pemerintah tidak akan memberikan jika data tersebut belum diselesaikan.
Menurut Azanuddin Kurnia dalam 10 tahun terakhir alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah semakin menurun, jika sekitar tahun 90 han dana yang dikucurkan pemerintah mencapai Rp. 30 triliun dan terus menurun menjadi Rp.25 triliun sehingga kelangkaan pupuk tidak bisa dihindari karena kebutuhan dari petani semakin meningkat seiring penambahan swah baru.
Selain itu, kondisi ini diperparah dengan lahirnya Permentan Nomor 10 tahun 2022 yang berobah dari pola lama menjadi pola baru, dimana dari 60 jenis komoditas yang mendapatkan pupuk bersubsidi kini menjadi 9 komoditas saja.
Untuk sembilan komoditas utama tersebut, yakni padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu, kopi dan kakao. Selain itu, jenis pupuk subsidi hanya difokuskan menjadi dua jenis pupuk, yakni Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K) dan dan Urea
“Coba di Jawa 50 persen orang tidak tanam padi dari petani padi, bangsa ini bisa bergejolak. Dan Sokarno pernah mengatakan bahwa “kalau sampai terjadi tiada pangan di negara, maka pemerintah bidsa jatu”urusan perut berat,” ujarnya.
Meski demikian, sebagai perpanjangan tangan pemerintah pihaknya harus menyelamatkan kebijakan pemerintah terkait ini meskipun berat. Apalgi, kawan-kawan di lapangan pasti agak susah menjawab pertanyaan dari para petani.
“Jadi kebijakan poemerintah ini perlu kita amankan mungkin dalam diskusi besok, bagaimana kita perlu memikirkan apakah masih perlu subsidi di hulu, kalau menurut saya subsidi diberikan subsidi di hilir, jadi di pasar itu masuk subsidi pemerintah. Seberapa pun harga, ketika jatuh harga. Ini susah, pupuk sudah kita bantu irigasi sudah kita bantu tapi begitu jatuh harga tidak ada apa-panya,” ungkap Azanuddin.
Dia memberikan contoh ketika harga sawit naik baberapa waktu lalu yang mebuat petani sawit sejahtera, jangan kan untuk membeli pupuk mereka bahkan bisa membeli mobil secara cash.
“Jumlah pupuk bersubsidi ini dari tahun 2018 -2022 menurun, angka subsidi dari Pemerintah Pusat menurun. Kedepan mungkin apabila perang Rusia-Ukraini tidak damai, pupuk bisa tidak ada lagi,kita negara kaya tapi tidak ada bahan baku. Kita mulai manja berharap dari pupuk saja, padahal disamping rumah kita banyak pupuk,’ ungkapnya.
Itu sebabnya, Ia mengajak seluruh peserta untuk berpikir kreatif dalam memecahlkan persoalan pertanian di Aceh sehingga cita-cita untuk membahagiakan petani kitab isa tercapai.(PUBLIKASI ONLINE DISTANBUN ACEH)