Banda Aceh – Direktur Irigasi Pertanian (Ditjen PSP) Kementerian Pertanian, Rahmanto menghadiri acara kegiatan evaluasi pupuk bersubsidi tahun 2022 yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh di Hermes Hotel, Banda Aceh, 12-14 Oktober 2022.
Acara tersebut dihadiri langsung Kadistanbun Aceh Pejabat Ir. Cut Huzaimah, MP dan Kebid Sarana dan Prasarana Distanbun Aceh, Ir. Nurlaila, MT. Sementara, para pesertanya merupakan Kepala Dinas dan Kabid dari Dinas terkait Kabupaten/Kota se- Aceh.
Dalam kesempatan itu, Rahmanto menyebut jika salah satu penyebab langkanya pupuk adalah kekurangan bahan baku karena masih di import dari luar negeri, khususnya dari negara Rusia dan Ukraina yang hingga saat ini masih dilanda perang.
“Saya kira bapak ibu sudah memahami semuanya ya bahwa kondisi anggaran kita itu untuk beli pupuk masih minim, ditambah lagi masalahnya kemarin itu harga bahan baku pupuk itu yang mahal, yang harus impor. Ini harus menjadi ada kenaikan karena memang masalah energi kan masalah,” ujarnya.
Menurut Rahmanto, bahan baku untuk pupuk ini menjadi mahal oleh karena itu pemerintah berpikir bagaiman supaya jumlah lokasinya supaya tetap makanya ada fermentasi untuk komoditas tertentu yang dapat pupuk subsidi ini kemudian mencoba merubah formula pupuknya terus jenis-jenis kopinya juga dikurangi itu dalam rangka untuk tetap bisa membeli sejumlah kurang lebih 9 juta ton karena permintaannya itu data kami itu mencapai 25 juta ton.
“Kebutuhan pupuk untuk seluruh Indonesia baik untuk perkebunan semuanya 25 juta tahun tetapi dan kita hanya bisa mampu membeli 9 juta per tahun. Pasti akan terjadi kekurangannya oleh karena itu ya memang kita harus antisipasi ini bagaimana supaya bisa 9 juta ton tahun. Saya tidak ada istilah mencukupi kalau kenaikan harga pastilah itu pasti akan tetapi enggak perlu dicermati dari tahun ke tahun sebenarnya angka serapan pupuk yang ada itu sekitar 9 jutaan, namun kalua dikasih 29 juta ton relative aman,” ungkapnya.
Rahmanto meminta untuk dicermati yang menjadi kendala ketika ada gejolak pupuknya kalau harga kenaikan harga mungkin masalah distribusi, bisa saja agen nakal ini suapaya di antisipasi karena pasti harga pokok kan mahal tapi tidak ada beda antara apa itu subsidi.
“Misalkan perkebunan ternyata sekarang enggak ada lagi lari dari apa tanaman pangan menjadi perkebunan misalkan kemungkinan besar terjadi, oleh karena itu coba dicek di nanti dirumuskan bagaimana supaya masalah ini bisa terpecahkan kalau bayangan saya ini 9 juta ton alokasi setiap tahun juga bahkan kami setiap tahun enggak akan bisa 100% paling terserapannya itu 90 persen,” harap Rahmanto.(PUBLIKASI ONLINE DISTANBUN ACEH)