Banda Aceh – Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Keluarga Alumni Lembaga Ketahanan Nasional (DPD IKAL) Aceh, gelar diskusi dalam “Ngopi Kebangsaan”, Sabtu (24/12) di Aula Dinas Energi Sumber Daya Mineral Aceh, di Banda Aceh. Bekerjasama dengan Dinas ESDM Aceh, ngopi kebangsaan kali ini mengangkat isu, kesiapan Aceh menghadapi transisi energi.
Saat ini, Indonesia dan dunia gencar sosialisasi dan lakukan pengalihkan sumber energi dari sumber berbasis bahan bakar fosil ke sumber energi yang tidak menghasilkan emisi karbon. Targetnya, Indonesia tahun 2060 nanti, bebas emisi (Net Zero Emission). Energi fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam, yang selama ini digunakan penduduk bumi, adalah penyumbang terbesar pemanasan global dunia. Hal Ini, tentu semakin berdampak memburuknya kondisi iklim bumi.
Ketua DPD IKAL Aceh, Prof. Dr. Syahrizal, MA, dalam kesempatan itu mengatakan, Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Aceh, sebagai wadah berkumpul para alumni Lembaga Ketahanan Nasional dari berbagai latar belakang profesi dan keilmuan, terpanggil mencermati kondisi mutakhir ini, terutama di Aceh. Bagaimana Aceh ke depan menghadapi transisi energi.
“Siapkah Aceh menyambut energi terbarukan? Bagaimana dengan energi fosil yang konon, masih melimpah terpendam, belum dikeruk dari bumi Aceh, dan seterusnya,” ujarnya
Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Mohammad Hasan, yang mendapat kesempatan bicara dalam kesempatan itu mengatakan bahwa sumber daya alam, termasuk sumber daya energi terbarukan yang ada di Aceh, mesti dikelola dengan baik untuk kesejahteraan sebesar-besarnya kepada masyarakat.
“Bahwa ada korelasi antara kedaulatan energi dengan ketahanan nasional.” Paparnya
Sementara itu General Manager PLN UID Aceh, Parulian Novriandi, mengatakan bahwa proses transisi energi di Aceh suda sangat terlihat. Hal ini dibuktikan dari semakin meningkatnya pengguna kendaraan listrik Aceh.
“Saat ini, minat masyarakat Aceh menggunakan kenderaan listrik sangat tinggi. Untuk itu, Menyahuti transisi energi ini, PLN Aceh telah menyediakan SPKLU di Banda Aceh. Seterusnya akan ada satu lagi di wilayah Lhokseumawe,” ujar Noviandri
Dinas ESDM Aceh Ir. Mahdinur, MM, menjelaskan bahwa saat ini potensi energi di Aceh, terutama energi terbarukan, sangat besar. Tenaga air saja, potensinya mencapai 5,147 MW, yang berada di 70 lokasi di Aceh. Begitu pula tenaga panas bumi potensinya lebih dari 1.143 MW, terdapat lebih dari 22 lapangan.
“Belum lagi tenaga surya yang potensinya mencapai 7.881 MW. Belum lagi tenaga angin dan bioenergi yang melimpah di Aceh, bisa lebih besar lagi. Sementara pemanfaatannya, masih sangat kecil, atau malah, seperti energi angin, panas bumi, dan bio energi, belum terjamah sama sekali.” ujarnya
Dari 5,147 MW potensi listrik tenaga air di Aceh, baru digunakan sebesar 33,MW di 30 lokasi dari 70 lokasi yang ada. Untuk tenaga panas bumi baru diekpolore 65 MW di 2 lokasi di Aceh. Tenaga surya baru digunakan sebesar 0,94 MW di 26 lokasi. Tenaga surya baru mendapat rekomendasi Gubernur Aceh sebesar 127 MW di 2 lokasi. Sedangkan Bioenergi baru dieplore 137 unit di 11 lokasi.
“Dinas ESDM Aceh akan terus mendukung kinerja PLN terus mengembangkan energi terbarukan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik atau green energy di Aceh,” pungkasnya.