Banda Aceh – Sebuah kajian baru dilaksanakan yang diprakarsai oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh bekerjasama dengan Pusat Riset Ilmu Kelautan dan Perikanan (PRKP) Universitas Syiah Kuala (USK), telah mengidentifikasi bidang-bidang utama untuk perbaikan pada sektor perikanan tangkap di Aceh untuk mendorong perkembangan industri perikanan dan dampaknya pada pengurangan laju inflasi.
Studi ini dilakukan oleh tim ahli dari PRKP USK yang terdiri dari dosen serta peneliti pada Fakultas Kelautan dan Perikanan serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) USK.
Dalam hasil kajian tersebut, ditemukan masalah serta didiskusikan solusinya pada industri perikanan tangkap di Aceh, termasuk praktik penangkapan ikan, penyimpanan dan distribusi, serta aspek pemasarannya dengan menghadirkan peserta yang terdiri dari pengambil kebijakan, akademisi, pelaku usaha perikanan, serta Lembaga adat Panglima Laot.
Studi ini menemukan bahwa memodernisasi teknik penangkapan ikan, meningkatkan fasilitas penyimpanan dan distribusi, serta memperluas pemasaran dan distribusi produk ikan merupakan kunci untuk mendorong industri dan mengurangi inflasi.
Laporan kajian tersebut juga merekomendasikan sektor-sektor perikanan tangkap apa saja yang memiliki kelayakan bisnis yang baik, sehingga feasible untuk ditawarkan kepada investor.
Hasil kajian ini dipaparkan pada acara “Lokakarya Pra-Diseminasi Kajian Kelautan dan Perikanan Aceh: Potensi, Optimalisasi, dan Peluang Investasi” Selasa-Rabu, 7-8 Februari 2023 yang dilaksanakan di Auditorium Teuku Umar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Banda Aceh.
Acara ini dihadiri oleh para pengambil keputusan di bidang perikanan, juga dihadiri oleh pelaku industry perikanan tangkap dari seluruh provinsi Aceh.
Dalam sambutannya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Rony Widijarto P menyampaikan studi ini memberikan peta jalan yang jelas bagi pemerintah Aceh dan industri perikanan untuk bekerja sama baik dari komponen regulator, akademisi dan praktisi, dalam merevitalisasi aspek yang perlu ditingkatkan pada Industri perikanan tangkap ini.
Sementara itu, Ketua Tim Peneliti USK Haekal A. Haridhi mengatakan dengan menangani bidang-bidang utama ini, pihaknya percaya bahwa dapat menciptakan industri perikanan yang lebih efisien dan berkelanjutan yang menguntungkan semua pemangku kepentingan.
“Harapannya hasil kajian ini dapat dijadikan referensi bagi investor untuk melakukan investasi di Aceh,” ujarnya.
Studi ini dilakukan sebagai bagian dari upaya Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi untuk mengembangkan industri perikanan. Studi menganalisa gap yang ada, serta solusi yang diidentifikasi untuk mengisi gap tersebut.
Responden terdiri dari regulator terutama Bappeda dan Dinas Kelautan perikanan, pengelola Pelabuhan perikanan serta para pelaku industry di masing-masing Kabupaten/Kota. Studi ini juga dilengkapi dengan feasibility study untuk jenis usaha yang dianggap fseaibel seperti usaha docking, cold storage, pengangkutan berpendingin dan lain-lain.
Temuan studi ini akan digunakan untuk memandu kebijakan pemerintah dan investasi industri, dengan tujuan menciptakan sektor perikanan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan.