BERITAKHAZANAH

Taurat dan Injil Mengabarkan Datangnya Sang Nabi

Perihal kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi Allah yang terakhir termuat dalam Taurat dan Injil

Sesungguhnya, kabar mengenai datangnya rasul akhir zaman sudah tercantum dalam kitab-kitab terdahulu, termasuk Taurat dan Injil. Alquran pun menegaskan keterangan tersebut.

Lihat, misalnya, surah al-A’raf ayat 157, yang artinya, “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka.”

Diriwayatkan dari al-‘Irbadh bin Sariyah, Rasululah Muhammad SAW bersabda, “Akan kuberitahukan kalian tentang keberadaanku. Aku adalah doa Nabi lbrahim, kabar gembira Nabi Isa, dan mimpi yang dialami oleh ibuku dan ibu-ibu para Nabi terdahulu.”

Dalam surah Ali Imran ayat 81 juga dijelaskan mengenai ciri-ciri utusan Allah di akhir zaman. Ayat itu berarti, “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, ‘Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.’

Allah berfirman, ‘Apakah kalian mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?’ Mereka menjawab, ‘Kami mengakui.’ Allah berfirman, ‘Kalau begitu, saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.’”

Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna surah tersebut, “Allah tidak mengutus seorang Rasul sejak mulai Nabi Adam dan seterusnya kecuali Dia menyuruh mereka berjanji jika Muhammad diutus dan mereka masih hidup, maka mereka wajib beriman kepada beliau, menolong beliau, dan memerintahkan kaum mereka untuk berjanji pula seperti itu.”

Jika Muhammad diutus dan mereka masih hidup, maka mereka wajib beriman kepada beliau. 

Ibnu Abbas suatu kali bertanya kepada Ka’ab, “Apa yang engkau ketahui tentang Rasulullah SAW dalam kitab Taurat?” Ka’ab menjawab, “Kami mendapati, beliau adalah Rasulullah, lahir di Makkah. Tempat hijrah beliau adalah Thabah (Madinah). Kekuasaan beliau berada di Syam. Beliau bukan orang yang keji, tidak pula suka berteriak di pasar, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi beliau suka memberi maaf.”

Ka’ab meneruskan, “Kami mendapati di dalam Taurat tertulis, Muhammad adalah Rasulullah, bukan orang yang keji, bukan pula orang yang bersifat kasar, dan tidak suka berteriak di pasar, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi suka memaafkan. Umat beliau adalah orang-orang yang suka memuji Allah, bertakbir pada setiap tempat, bertahmid pada setiap rumah.”

Ihwal datangnya Nabi Muhammad SAW sudah diketahui para pendeta Nasrani dari kitab mereka.

Ihwal datangnya Nabi Muhammad SAW sudah diketahui para pendeta Nasrani dari kitab mereka. Berikut kisah al-Mughirah bin Syu’bah ketika mendatangi Raja Mesir al-Muqauqis. Mesir saat itu dalam kekuasaan Imperium Romawi. Kota terbesarnya adalah Aleksandria atau al-Iskandariah.

Al-Mughirah berkata kepada pemimpin Mesir itu, “Sesungguhnya Muhammad adalah seorang Nabi dan Rasul. Jikalau beliau berdakwah ke bangsa Qibthi (Mesir) dan Romawi, maka mereka akan mengikuti beliau.”

Al-Mughirah menimpali, “Ketahuilah, aku pernah tinggal di Iskandariah. Tidak kulewati satu gereja pun kecuali aku masuk ke dalamnya dan bertanya kepada para uskupnya—baik itu dari bangsa Mesir maupun Romawi—tentang sifat Nabi Muhammad SAW yang mereka dapati (dalam kitab Injil).”

Raja Mesir itu meneruskan kisahnya, “Aku bertemu dengan seorang uskup dari bangsa Mesir, yaitu ketua gereja Abi Yahnus. Biasanya, mereka (jamaat) datang kepadanya dengan membawa orang yang sakit di antara mereka dan meminta agar orang itu didoakan.

Aku tidak pernah melihat seseorang yang melakukan shalat lima waktu lebih giat darinya. Maka, aku berkata (kepada Abi Yahnus), ‘Beritahulah aku apakah masih ada seorang nabi lagl?’

la menjawab, ‘Ya, dia itu nabi yang terakhir. Tidak terdapat satu nabi pun antara ia dan Isa bin Maryam. Ia adalah nabi yang kita diperintahkan oleh Nabi Isa untuk mengikutinya. Ia adalah seorang nabi yang buta huruf dan berbangsa Arab. Namanya adalah Ahmad.’

Ia adalah seorang nabi yang buta huruf dan berbangsa Arab. Namanya adalah Ahmad.

Pendeta itu melanjutkan kata-katanya, ‘Dia (Ahmad) tidak tinggi dan tidak pula pendek. Pada kedua matanya terdapat warna merah. la tidak berkulit putih dan tidak pula sawo matang. Pedangnya berada di atas bahunya. Ia tidak peduli dengan siapa ia berhadapan.

Ia memulai perang dengan dirinya sendiri. Bersamanya, terdapat para shahabatnya yang mengorbankan jiwa mereka untuknya. Mereka sangat mencintai beliau melebihi dari anak dan orangtua mereka.’

‘Ia (Ahmad) datang dari tanah al-Qarzh, yaitu mulai dari Tanah Haram ke Tanah Haram pula. Ia berpindah ke suatu negeri yang mempunyai lahan tandus dan kebun kurma (Yastrib). Ia menganut agama Nabi Ibrahim AS.’”

Sesudah itu, al-Mughirah berkata, “Apa lagi katanya?”

“Ia (Ahmad) mengenakan sarung pada separuh badannya. Ia membasuh anggota badannya. Ia diberikan sesuatu yang tak pernah diberikan kepada nabi sebelumnya. Ia diutus kepada kaumnya dan kepada seluruh umat manusia.”

“Tanah adalah masjid dan lagi suci baginya. Di mana saja ia mendapati waktu shalat, maka ia bertayammum dan shalat, sedangkan nabi sebelumnya tidak semudah itu. Mereka tidak boleh melakukan shalat kecuali di dalam gereja dan biara.”

Sesampainya di Madinah, al-Mughirah segera menemui Nabi Muhammad SAW. Ia pun menuturkan kisah Raja Mesir tersebut.

“Beliau (Rasul SAW) merasa senang bila ini diperdengarkan kepada para sahabat beliau. Aku menceritakan kepada mereka tentang demikian itu selama dua atau tiga hari,” kenang al-Mughirah.

Dikutip : Republika.id

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Oops ! Mohon Maaf Anda Tidak Bisa Meng-Copy Paste Contes di Situs Kami !