Capli, Usaha Sambal Khas Aceh Yang Lahir Untuk Lawan Inflasi
Banda Aceh – Sambal merupakan makanan khas orang Indonesia yang wajib adanya. Hal ini juga menjadikan setiap wilayah Indonesia memiliki sambal khas masing-masing, mulai dari sambal ijo dari padang, sambal matah dari bali hingga sambal roa khas Sulawesi.
Namun kini, aceh juga memiliki sambal bercita rasa khas daerah aceh yang dikemas seperti sambal siap pakai seperti yang sudah lebih dulu merajai lidah Indonesia, Dialah Capli, brand sambal hijau khas aceh.
Berawal dari Murtala selaku owner capli, yang pada tahun 2017 lalu melakukan survey ke lapangan seputar bahan baku pokok. Ia bersama istrinya, Yuliana, berhasil menjaring informasi seputar keluhan petani cabai soal harga cabai yang tidak menentu.
Kemudian ditambah lagi soal jenis cabai baru yang sudah terlanjur ditanam petani namun ternyata tidak laku saat dijual di pasar karena kekurangan eksistensinya. Jenis cabai baru tersebut ialah cabai Caplak.
Akhirnya dari keluhan tersebut, Murtala yang saat itu hanya bermodalkan 500 ribu, ia bersama istrinya memutuskan mengolah cabai tersebut dengan tujuan agar petani tidak rugi.
“Tujuan awalnya hanya untuk membantu petani agar hasil panenya tidak terbuang, namun Alhamdulillah sudah memberikan rezeki pula untuk kami,” ungkap Murtala saat menceritakan asal mula ia membangun capli.
Setelah beberapa kali melakukan riset serta penggunaan berbagai formula untuk ketahanan bahan baku pembuatan sambal. Ia akhirnya berhasil memproduksi olahan sambal kemasan yang menggunakan bahan-bahan baku khas Aceh dengan merek dagang Capli di wilayah Blang Oi, Meuraxa, Banda Aceh.
Dalam penuturannya, Murtahala mengungkapkan jika saat pandemi covid 2019 lalu omset sambal hijau capli yang ia produksi berhasil meningkat. Dari situlah ia bisa pindah rumah produksi ke ruko hingga mampu mengurus legalitas serta surat menyurat mengenai produk yang ia miliki dan saat itu pula capli berhasil menembus pasar swalayan hingga salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota banda aceh.
Namun, sejauh brand capli berkembang hingga saat ini, Murtahala mengaku jika salah satu tantangan terbesar yang ia lalui ialah pada bidang promosi. Hal ini dikarenakan promosi produk membutuhkan biaya yang besar.
Hasilkan rasa khas aceh melalui penggunakan 99.8 persen bahan alami
Pasangan suami istri tersebut juga mengklaim jika olahan sambal capli produk capli menggunakan 99.8 persen bahan baku alami, ini artinya kami hanya menggunakan 0.02 persen bahan kimia.
Dimana salah satu bahan baku alami yang mereka gunakan ialah asam sunti yang berguna untuk pengental, pengawet dan pengasam.
“Dari penggunaan bahan tersebut, menghasilkan sambal hijau capli yang rasa khas dari wilayah aceh,” jelas murtahala.
Targetkan bangun industry di Aceh pada 2025 mendatang dan menguasai pasar
Berjalan di tahun kelima sejak dibangun pertama kali pada 2018 lalu, produk sambal hijau capli saat ini sudah mampu melakukan pengiriman ke seluruh Aceh hingga menembus pasar di luar provinsi Aceh yang merupakan kota-kota besar seperti Jakarta dan Bali.
Selain itu, Murtala menyebutkan targetnya kedepan yang paling utama ialah mampu memperkuat bahan baku dari segi kemanan, kualitas serta kerja sama dengan petani hingga mampu membangun industry di Aceh pada 2025 mendatang.
“saya dan istri sama sama tidak memiliki basic industry, dan pertanian, namun kami coba kembangkan itu, diharapkan mampu menjadi contoh bagi yang lain agar bisa berbuat baik untuk wilayah sendiri. karena kita punya produk, kita punya industry dan kita punya kepercayaan hingga mampu menguasai pasar” tutupnya.