Ija Pinggang: Sarung Bordir Motif Aceh Milik UMKM yang Tembus Pasar Internasional
Banda Aceh – Ija Pinggang merupakan salah satu Produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang ada di Aceh. Dalam Bahasa Aceh, Ija Pinggang berarti sarung yang ‘dipakai’ atau ‘diikat’ dipinggang. Produk ini sudah ada sejak tahun 2019 beralamat di Jl. Mata Ie, Perumahan Bukit Permai, Lr. 5, No. 38 Geugajah.
Nurlaili selaku owner Ija Pinggang mengatakan, pemilihan kain sarung sebagai produk berawal saat ia melihat dimana sarung sudah mulai ditinggalkan oleh anak muda dan orang tuapun sudah jarang menggunakannya. Melihat hal itu, ia berkeingin membuat produk yang bisa digunakan dan diminati oleh semua kalangan usia.
“Karena hal tersebut keluarlah produk Ija Pinggang ini, dimana bisa dipakai untuk segala usia,” kata Nurlaili, Selasa (30/5/2023).
Sebelumnya, Nurlaili sendiri sudah memulai usaha bordir sejak tahun 2000, dimana saat itu ia mulai membordir tetapi lebih kepada jasa membuat bordir pada baju, mukena, dan celana, lain sebagainya.
“Saat saya membuat bordiran untuk baju dan mukenah, pemesanannya kurang. Karena kurangnya peminat ini, jadi di tahun 2019 itu saya berpikir untuk mengeluarkan dan membuat sebuah produk, dan keudian memutusan untuk membuat bordiran sarung,” kata dia melanjutkan.
Semua motif sarung juga merupakan hasil dari desain Nurlaili sendiri. Tiap motif melambangkan kekhasan satu daerah yang ada di Aceh.
Selain itu, sarung Ija Pinggang juga menggunakan bahan premium yang dipesan langsung dan khusus ke pabrik. Selain kain sarung, saat ini Ija Pinggang juga mulai merambat ke produk fashion.
“Kita sudah ada produk bordiran lain berupa celana sarung, baju koko dan ada yang baru keluar yaitu Jilbab. Rencana untuk kedepan kita juga akan produksi baju untuk wanita,” tutur wanita 40 tahun ini.
Produk Ija Pingga sendiri juga telah dijual ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam bahkan Dubai.
“Untuk Malaysia itu pertama kali dipesan tahun 2019 dan tahun 2022 Ija Pinggang sudah sampai Dubai melalui pihak BSI,” tuturnya.
Nurlaili juga mengatakan bahwa ia ingin motif dari produk Ija Pinggang tidak umum.
“Saya mau motif saya itu cukup jadi motif saya tidak diambil dan tidak mengambil motif orang lain. Jadi produk premium dengan desain limited,” tuturnya lagi.
Saat ini Ija Pinggang sudah memiliki enam orang karyawan yang bekerja menurut bidang masing-masing dan dari rumah masing-masing, dengan omset rata-rata lima juta dalam satu bulan.
“Kisaran harga sendiri, untuk kain sarung yang satu warna motif gold atau silver harganya 280k, sedangkan yang warna Aceh sekitaran Rp 330. Untuk baju koko Rp 330 dan Jilbab Rp150 satu warna sedangkan warna aceh Rp 175,” jelas Nuralaili.
Produk Ija Pinggang dipasarkan melalui media sosial Instagram, TikTok, Shopee, dan Tokopedia. Ija Pinggang juga selalu ikut ambil bagian disetiap bazar dan event-event yang ada di Aceh.
Untuk menjaga produk, Ija Pinggang sudah mendaftarkan produk ke Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dan sudah memiliki IMB atau nomor induk usaha.
“Sedangkan untuk SIINas saya belum bergabung karena masih ada satu syarat yang belum terpenuhi, dan untuk hak paten motif atau hak cipta karya juga masih dalam proses,” ujarnya.
Terakhir, ia berharapan agar pemerintah lebih memperhatikan dan bangga menggunakan produk yang dihasilkan oleh UMKM yang ada di Aceh.
“Semoga dari pemerintah kita bangga memakai produk kita. Itu menjadi salah satu motivasi bagi orang luar sebagai penilaian sendiri untuk pemerintah dan kebanggan kita bahwa memakai produk sendiri berarti menjunjung kebudayaan untuk daerah,” kata dia mengakhiri.