BERITA

EG Craft : Menyulap Eceng Gondong Menjadi Kerajinan Bernilai Jual

Hingga saat ini EG Craft sudah memproduksi sekitar 32 bentuk kerajinan. Dengan jumlah pengrajin 40 orang.

Eceng Gondong merupakan salah satu jenis tumbuhan yang tumbuh dan berkembang biak di air. Untuk sebagian besar orang, tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Namun, di tangan Cut Afni Zahara tumbuhan ini disulap menjadi bebragai produk kerajinan yang bernilai jual tinggi, yang diberi nama ‘EG Craft’ beralamat di Desa Kubu, Kecamatan Arongan Lambalek, Kabupaten Aceh Barat.

Cut Afni menuturkan usaha ini berawal pada tahun 2016, saat itu ia bersama puluhan perempuan Aceh Barat lainnya dibina oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry melalui program Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) bekerjasama dengan Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK).

“Ada tiga desa yang mendapat binaan saat itu, yaitu Desa Peulante, Desa Cot Juru Mudi dan Desa Kubu. Program tersebut juga membentuk Kelompok Usaha Produksi (KUP) masyarakat yang mampu menghasilkan berbagai kerajinan berbahan dasar eceng gondong,” tutur Afni, Selasa (15/8/2023).

Kecamatan Arongan Lambalek, kata dia saat itu termasuk dalam Kecamatan termiskin, dan tumbuhan eceng gondok, sangat melipah. “Jadi selama setahun kita dibina, banyak sekali yang didapatkan, mulai dari pembentukan kelompok, pembuatan SOP sampai dengan pemasaran,” ujarnya.

Eceng gondok yang semula dianggap sampah oleh warga Aceh Barat, lanjut Afni telah diubah menjadi beragam kerajinan yang bernilai tinggi, seperti tas, bingkai cermin, sofa, pot bunga, keranjang, meja, toples permen, tempat parfum, alas meja, kopiah serta aneka kebutuhan rumah tangga lainnya, dengan harga jual mulai dari belasan ribu sampai dengan jutaan rupiah.

Afni juga menjelaskan, di tahun pertama berdiri usahanya sempat vakum. Hal itu karena produknya belum diminati oleh pasar dan penjualannya masih berantakan. Meskipun sempat vakum, tahun 2017 EG Craft mendapat undangan untuk pelatihan ke Yogyakarna. Dalam pelatihan tersebut, sang suami yang pergi untuk mewakili usaha EG Craft.

“Alahamdulillah pulang dari Jogja, suami buat produk dan kami ikut expo di Sabang akhir 2017, malah produk kami yang banyak laku terjual saat itu,” ungkapnya.

Hal tersebut, yang kemudian membangkitkan semangat Afni untuk terus berinovasi dalam menghasilkan produk EG Craft. Satu tahun berselang KOMPAK datang kemabali ke tiga desa tersebut untuk meninjau kondisi kelompok kerjinan yang dibangun tahun 2016 silam. “Alhamdulillah tahun 2018 KOMPAK kembali, mereka memfasilitasi kami dengan mencari beberapa pasar, mereka kenalkan kita dengan buyer, diikutkan berbagai pameran, sarinah dan lain-lain,” kata Afni.

Setelah perizinan usahanya rampung, EG Craft kemudian mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dan Pemerintah Aceh melalui Dinas Koperasi UKM Aceh, Universitas Syiah Kuala (USK), Bank Aceh dan pihak-pihak lainnya.

Melihat peluang pasar yang menjanjikan, pelan-pelan EG Craft terus berkembang. Hingga saat ini EG Craft sudah memproduksi sekitar 32 bentuk kerajinan. Dengan jumlah pengrajin 40 orang. Omzet EG Craft pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, di antaranya tahun 2018 sebesar Rp15 juta, 2019 sebesar Rp49 juta, dan 2020 sebesar Rp150 juta.

“Namun, tahun 2021 mengalami kemerosotan, karena di tahun 2020 produk kita banyak laku kemana-mana, sehingga mereka tidak beli lagi di tahun 2021, karena produknya masih tahan,” pungkasnya.

Cut Afni juga menyebutkan bahwa produk EG Craft diminati oleh pasar luar Negeri. Sayangnya, stok yang dihasilkan EG Craft terbatas, sedangkan importir luar negeri meminta produk dalam jumlah yang banyak.

Kurangnya produk yang dihasilkan tak terlepas dari minimnya sumber daya manusia (SDM) perajin anyaman eceng gondok di usaha milik EG Craft. Di sisi lain, hal ini juga disebabkan terbatasnya bahan baku eceng gondok itu sendiri.

“Kami berharap kesepannya usaha ini bisa di ekspor. Kita ingin kerajinan Eceng gondong Aceh itu bangkit, karna untuk ekspor sendirian itu sulit, kita butuh komunitas karena permintaan untuk luar sangat besar. Harapan kita bisa kerjasama dan dapat memenuhi permintaan pasar tersebut,” harapnya.

Selain itu, untuk menjaga legalitas produk, EG Craft juga sudah mendaftarkan produknya ke Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) pada tahun 2021. Dan saat ini sedang proses untuk pendaftaran Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas).

Selain di pasar offline, produk EG Craft juga bisa didapatkan di berbagai macam market place. Produk ini juga bisa dipesan langsung melalui Instragram EG Craft @eg.craft_dan whatsapp 085207103158.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Oops ! Mohon Maaf Anda Tidak Bisa Meng-Copy Paste Contes di Situs Kami !