Pekan Kebudayaan Aceh, Ajang Petunjukan Tradisi dan Kebudaan Terbesar di Aceh
Pekan Kebudayaan Aceh merupakan ajang pertunjukan tradisi dan budaya terbesar masyarakat Aceh untuk melestarikan nilai-nilai budaya, sejarah, dan adat istiadat Aceh.
Sejak penyelenggaraan pertama tahun 1958 silam, Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) telah mampu memikat dan menjadi alat pemersatu masyarakat Aceh. Kehadirannya, selalu ditunggu setiap edisinya mengingat dilaksanakan dalam masa waktu 4 tahunan.
Tak sedikit masyarakat Aceh yang tinggal diluar provinsi dan belahan dunia pulang ke tanah rencong hanya sekedar untuk menyaksikan petunjukan ajang pertunjukan tradisi dan budaya terbesar masyarakat Aceh.
Begitu juga, masyarakat Aceh dari seluruh penjuru datang ke Kuta Raja, tempat ajang tersebut diadakan. Antusiasme warga tak pernah luntur dimakan zaman, meski zaman modern, namun ketertarikan warga pada PKA tetap saja tinggi.
Lantas bagaimana sejarah PKA dan kapan pertama kali diadakan?
Dirangkum dari berbagai sumber. PKA pertama diselenggarakan tahun 1958. PKA I Tahun 1958. Satu tahun sebelum digelar, yakni pada 1957 terbentuk Lembaga Kebudayaan Aceh yang diketuai Mayor T Hamzah.
Lembaga ini kemudian mempersiapkan pelaksanaan PKA I pada 1958. Helatan yang digelar di Gedung Balai Teuku Umar Kutaraja pada 12-23 Agustus 1958 ini mengambil tema “Adat bak Poteumeuruhom, Hukom bak Syiah Kuala”.
Nilai-nilai kebudayaan Aceh yang mengalami degradasi dari masa ke masa, digali dan diangkat kembali dalam pegelaran PKA pertama. Satu hasil penting dari hajatan PKA pertama lahirnya “Piagam Blangpadang”.
Isinya antara lain menghidupkan kembali adat istiadat dan kebudayaan Aceh dalam setiap gerak pembangunan Aceh dan masyarakatnya. Implementasi “Piagam Blangpadang” terus ditindaklanjuti hingga 14 tahun kemudian yang ditandai dengan penelenggaraan PKA II.
PKA II Tahun 1972 PKA II berlangsung pada 20 Agustus- 2 September 1972. PKA II digelar sebagai upaya memelihara dan meningkatkan ketahanan nasional yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial, bu-daya, militer, hankam, dan agama (Ipoleksosbut-milag).
Selain itu, PKA II juga membuka isolasi dan ketertinggalan daerah Aceh di segala bidang, terutama prasarana fisik, ekonomi, dan sosial budaya. Rangkaian acara PKA II diantaranya: pameran kebudayaan, pawai kebudayaan, seminar kebudayaan, pertunjukan adat, pementasan kesenian, perlombaan rakyat dan kunjungan wisata.
PKA III Tahun 1988 PKA-3 dilaksanakan pada tahun 1988, di Lapangan Blangpadang, Banda Aceh. Helatan periode ini menguatkan kembali nilai-nilai agama, tradisi, ideologi, ekonomi, pertahanan keamanan, dan sosial budaya masyarakat Aceh.
Sederet topik terkait nilai-nilai tersebut di-diskusikan dalam seminar budaya dengan tema “Wajah Rakyat Aceh dalam Lintasan Sejarah”, “Hari Depan Kebudayaan Aceh”, “Identitas Kesenian Aceh di Tengah Pengembangan Budaya Modern” dan “Peranan Sastra Aceh dalam Sastra Indonesia”, dan lainnya.
PKA IV Tahun 2004 PKA IV dilaksanakan pada 19 – 28 Agustus 2004. Hajatan periode ini juga menandakan penetapan Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh, sebagai venue utama pelaksanaan PKA.
Sejumlah anjungan Kabupaten/Kota dibangun di Taman Sulthanan Safiatuddin. Rangkaian acara PKA IV antara lain: atraksi budaya, pasar seni, pameran buku, pawai budaya, dan kenduri massal. Helatan tahun ini berlangsung meriah dan cukup menarik antusiasme masyarakat Aceh untuk menyaksikannya.
PKA V Tahun 2009 Pelaksanaan PKA V menjadi titik kebangkitan kembali masyarakat Aceh setelah dilanda gempa dan tsunami dahsyat pada 26 Desember 2004.
Terlebih Aceh sudah menandatangani perjanjian damai RI dan GAM pada 2005. PKA V digelar pada 2 – 11 Agustus 2009 di Taman Sulthanah Safiatuddin. Mengangkat tema “Satukan Langkah, Bangun Aceh dengan Tamaddun”.
Kegiatannya antara lain parade budaya, gebyar seni, seminar budaya, aneka lomba permainan rakyat, dan expo. Perhelatan ini bertujuan untuk meningkatkan peran serta dan apresiasi masyarakat dalam mengaktualisasikan nilai-nilai budaya Aceh yang islami, melestarikan keragaman budaya dalam memperkokoh kedamaian yang abadi di Aceh, meningkatkan peran serta masyarakat sekaligus mempromosikan adat dan produk budaya maupun pariwisata Aceh.
PKA VI Tahun 2013 PKA VI diselenggarakan pada 20-29 September 2013 di Taman Sulthanah Syafiatuddin. Mengangkat tema “Aceh Satu Bersama”, perhelatan kali ini ingin membentuk kepribadian masyarakat Aceh yang lebih berbudaya. Tidak hanya itu, kegiatan itu juga untuk menumbuhkan pemahaman, pengamatan, dan pelestarian nilai budaya daerah yang lebih luhur dan beradab untuk mengangkat harkat dan martabat manusia yang dijiwai oleh nilai-nilai agama.
Rangkaian kegiatan antara lain; pawai budaya, pameran, anugerah budaya, gebyar seni, temu budaya, lomba permainan rakyat, Aceh satu dalam sejarah, dan atraksi budaya. PKA VII Tahun 2018 PKA-VII digelar pada 5-15 Agustus 2018, di Banda Aceh, dengan tema “Aceh Hebat dengan Adat Budaya Bersyariat”, karena kebudayaan Aceh sangat identik dengan nilai-nilai syariat.
Religi telah menjadi fokus kebudayaan Aceh sejak Islam pertama kali masuk ke Nusantara melalui daerah Aceh. PKA-VII diisi dengan berbagai kegiatan antaranya pawai budaya, pameran dan eksibisi, lomba atraksi budaya, festival seni dan budaya, seminar kebudayaan dan kemaritiman, serta anugerah budaya.
PKA VIII Tahun 2023 PKA VIII akan dilaksanakan pada tanggal 04-12 November 2023, lokasi pelaksanaannya di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh. Mengangkat tema “Jalur Rempah” dengan tagline “Rempahkan Bumi Pulihkan Dunia”.
Dengan berbagai rangkaian kegiatan antara lain: pawai budaya, pameran sejarah jalur rempah, festival busana, festival kuliner, pertunjukan dan lomba seni budaya, pertunjukan dan lomba adat budaya, aneka lomba permainan rakyat, seminar internasional, dan business matching.(ADV)