Diperlombakan, Melestarikan Peuayôn Aneuk Melalui Ajang PKA -8
Pekan Kebudayaan Aceh ke 8 turut memperlombakan Peuayôn Aneuk. Ini sebagai bentuk komitmen Pemerintah Aceh dalam mewarisi tradisi masyarakat Aceh dahulu dalam menidurkan anak pada generasi akan datang.
Sejak dulu kala, Aceh dikenal dengan ragam seni dan budayanya. Salah satunya adalah Peuayoen Aneuk. Peuayoen aneuk adalah tradisi masyarakat Aceh menidurkan bayi dari usia 0 hingga 2 tahun dengan menggunakan ayunan dari kain dan diikatkan di bawah rumah Aceh.
Dalam prosesnya, para ibu menidurkan bayinya diiringi dengan lantunan syair-syair perpaduan adat, seni dan zikir religi.
“Allah hai dododaidang
Seulayang blang ka putoeh taloe
Beurijang raye’k muda seudang
Tajak bantu prang ta bela Nanggroe
Inilah sepotong Syair itu.
Di depannya terdapat ayunan, lengkap dengan boneka yang dibuat seakan-akan seorang bayi.
Dibalut persis mirip bayi. Para peserta tampil bergantian. Sebagian menggunakan ayunan dengan metode sang ibu duduk, sebagian lagi memilih berdiri sambil mengayun anak, sebagian lainnya memeluk sang bayi sambil bersenandung.
Kamis 9 Nopember 2023 di Rumoh Meusium Aceh, lomba Peuayon Aneuk dalam rangka Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 8. Diikuti oleh 21 dari 23 Kabupaten/Kota yang mengikuti perhelatan PKA ini.
Lomba sesuai jadwal dimulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB, setiap peserta lomba diberi waktu masing-masing 15 menit oleh Dewan Juri yang diketuai oleh Tgk. Amirul Hamzah, M.Si, Sekretaris Dr. Harbiyah Gani, beranggotakan Usman, SE. Baniamin dan Cut Marliyun, SE.
Pada saat lomba terdengar 6 bahasa yang ditampilkan oleh peserta dari Kabupaten/Kota, ini menandakan bahwa semua suku di Aceh mempunyai budaya peuayon aneuk (mengayun/membuai dalam ayunan anak-anak).
Enam bahasa tersebut adalah Bahasa Aceh, Gayo, Devayan ( Simelue), Alas, Singkil dan Subulusalam. Acara dibuka dan ditutup oleh Yudi Andika, S.S. Subkoordinasi Permuseuman dan Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh sebagai Koordinator pelaksana lomba ini.
Adapun yang memperoleh nilai tertinggi urutan pertama adalah peserta utusan Aceh Jaya, kedua Pidie Jaya, ketiga Aceh Selatan, ke empat (harapan I) Aceh Tenggara dan kelima (harapan II) Aceh Barat.
Amirul Hamzah mengatakan semua peserta tampil sangat bagus, ada yang membawa tema tauhid, heroik, dan sendu/sedih. “Semoga Aceh tetap mempertahan budaya peuayon aneuk ini,” harap mantan wartawan Serambi Indonesia itu.
Aceh Jaya Juara Pertama
Kontingen Aceh Jaya Peukan Kebudayaan Aceh (PKA-8) keluar sebagai juara pertama pada lomba peuayon anuek. Sementara posisis kedua disusul Pidie Jaya.
Kontingen Aceh Jaya pada lomba peuayon anuek mengirim Rahma Saputri dari Kecamatan Krueng Sabee untuk mengikuti lomba tersebut.
Kadisdikbud Aceh Jaya, Abu Bakar, kepada Aceh Online, menyampaikan juara lomba peuayon anuek merupakan juara terbaik perdana pada pergelaran PKA-8 bagi kontingen setempat.
“Kami bersyukur lomba peuayon anuek dari Aceh Jaya sebagai pemenang,” kata Abu Bakar, Jumat (10/11/2023).
Selain itu, Aceh Jaya juga meraih juara dua pada lomba seni tutur tradisional dan lomba seumapa juara dua. Pihaknya terus optimalkan penampilan seluruh kontingennya pada PKA-8 2023.
Rahma Saputri (kiri) Juara pertama lomba Peuayon Anuek dari Aceh Jaya.
“Semoga sisa perlombaan pada PKA-8 kontingen Aceh Jaya akan memberikan hasil terbaik,” ujarnya.
Sekda Aceh Jaya, T Reza Fahlevi, mengucapkan terima kasih atas capaian dari kontingen kabupaten setempat pada lomba peuayon anuek.
Aceh Jaya pada PKA-8, lanjut Teuku Reza, mengusung konsep lima pilar jalur rempah, salah satunya adalah nilam.
“Alhamdulillah kami telah meraih sudah tiga juara, semoga akan bertambah juara lainnya sisa dua hari PKA-8,” imbuhnya.
Pemenang lomba Peuayon Anuek Juara pertama Aceh Jaya, kedua Pidie Jaya, ketiga Aceh Selatan, harapan I Aceh Tenggara dan harapan dua Aceh Barat.(ADV)