Banda Aceh – Melimpahnya hasil tangkapan nelayan yang terjadi dalam beberapa hari lalu di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja Lampulo yang mengakibatkan terjadinya fluktuasi pada harga ikan.
Penyebab banyaknya hasil tangkapan ikan karena di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPPRI) 572 sedang mengalami musim ikan, sehingga semua armada penangkapan ikan yang beroperasi di wilayah tersebut (Barat Sumatera) mengalami peningkatan hasil tangkapan. Minggu (12/05/2024).
Hal tersebut Kementrian Kelautan dan Perikanan Pusat (KKP) yang di wakili oleh Tornanda Syaifullah Inspektorat Jenderal KKP dan Rombongan mengunjungi langsung Pelabuhan Perikanan Ikan (PPI) di Lampulo sejak (10,11/05) dalam kunjungan tersebut Tornanda Syaifullah mengatakan, ini adalah momen yang tepat, di mana sebenarnya saya beberapa bulan lalu datang ke PPI juga.
Namun kemarin karena ada kejadian dimana nelayan menguburkan ikan begitu banyak, maka pemerintah pusat mempunyai perhatian penuh agar masalah ini tidak terulang lagi, tentu ke depan jangan terjadi di Provinsi Aceh dan di Indonesia, ujarnya.
Pemasalahan seperti ini harus kita selesaikan bersama serta harus ada koordinasi antara Pemerintah Aceh dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh dengan KKP. yang kedua, KKP bersama dengan DKP Aceh, dan juga Panglima Laot. juga dari tokoh masyarakat maupun pelaku usaha ini adalah momen yang tepat. Ada dua solusi untuk kedepannya yaitu solusi jangka pendek dan jangka panjang, ungkap Tornanda.
Ini kesepakatan bersama, dimana kesepakatan ini adalah supaya ada peningkatan ekonomi masyarakat khusus nelayan itu tidak terganggu, jika meningkat perekonomian nelayan maka kesejahteraan mereka juga bagus. Penangan kita itu bukan penanganan hanya di hulu. Kita berupaya nanti penangan di hulu sudah sama di hilir.
Rencana kita nanti kita tampung ikan -ikan busuk, kalau pun tidak ada ikan yang busuk maka ikan dibawah harga akan kita tampung. Ditambahkan rencana kita akan bangun pabrik miniuntuk pengolahan, minimal pengolahan menjadi tepung ikan, bisa juga buat pakan. Karena kebutuhan pakan ternyata di Aceh sangat tinggi. Saat ini pakan selalu di impor itu kebanyakan dari Medan apalagi yang dianggap ikan busuk dan tidak layak untuk dikonsumsi kita upayakan agar dapat di olah.
Tornanda juga menyebutkan, untuk solusi jangka pendeknya nanti kami akan siapkan mesin tepung ikan, nanti pengolahannya kita serahkan Panglima Laot yang sudah dibentuk melalui kooperasi semua yang tergolong dalam anggota koperasi harus berkomitmen, kita akan mendidik 2 atau 3 orang untuk mengolah tepung ikan, tentunya untuk permodalan yang pertama, kami akan rencanakan kita bantu melalui Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP) dari sisi pembiayaan. Sehingga modal awal kooperasi ini kami siapkan. Kita berharap koordinasi dengan Dinas Kooperasi dan UMKM akan berjalan. Terkait produksi di Aceh daripada harus beli dari luar, selain itu Balai KKP membutuhkan juga.
Kami mengharapkan untuk tahap awal ini saya tidak ada lagi kejadian seperti kemarin dalam waktu dekat dan panjang, ini harus kita selesaikan bersama, jika Rugi maka kita semua menanggungnya. Dan menjadi pembelajaran serta perhatian kita semua dari Pemerintah Pusat untuk menelesaikan dalam waktu segera, pungkasnya.