BERITA

TRH : Belajar Agama di Dunia Maya, Juga Harus Mendapat Bimbingan Guru dan Kyai

Banda Aceh – Pada era digital saat ini berbagai aktivitas dapat dilakukan melalui media online, mulai interaksi sosial, berbelanja hingga proses belajar mengajar, tak terkecuali proses belajar agama.

Edukasi yang sifanya penyebaran informasi agama di tengah masyarakat berkembang juga cukup pesat. Hal ini tidak terlepas dari jumlah pengguna internet Indonesia yang meningkat signifikan, yaitu lebih dari 200 juta pengguna, sehingga penyebaran informasi dan edukasi agama, khususnya agama Islam semakin mudah dan terjangkau, Senin (10/04/2023).

Wakil Ketua Komisi I DPR RI H Teuku Riefky Harsya (TRH) mengatakan dalam saat menjadi pemateri pada kegiatan Literasi Budaya Digital: Belajar Agama di Dunia Maya yang diikuti ratusan peserta melalui online, Bahwa saat ini masyarakat dapat dengan mudah mempelajari agama melalui media online yang tersedia. Lebih lanjut, berbagai variasi literatur akademik baik yang berupa teks, audio dan video para tokoh agama dapat dengan mudah diakses, baik itu yang bersumber dari blog, web portal hingga aplikasi.

“Intinya perkembangan dunia digital saat ini telah mengubah penyebaran informasi dan edukasi agama menjadi lebih variatif dan terjangkau.”

“Alhamdulillah,” dengan hadirnya internet telah mempermudah kita dalam proses belajar agama. Meskipun demikian, kita perlu menyadari bahwa keterbatasan belajar melalui media online pasti masih ada, salah satunya adalah bagaimana media online hanya mampu melakukan pembelajaran kognitif saja, sedangkan pembelajaran perilaku tidak bisa diterapkan melalui media online, padahal untuk mendalami agama butuh panduan guru yang baik dan otoritatif yang dilengkapi dengan kombinasi pembelajaran kognitif dan perilaku, intinya belajar agama perlu pendalaman yang lebih interkaksi yang intensif dan ini dibutuhkan peran guru, ustaz atau kiai atau abu secara langsung sebagai pembimbing, ungkap TRH.

Tentu dengan banyak sekali informasi dan konten di media sosial hadir tanpa proses verifikasi, sehingga pengguna rentan terpapar hal yang tidak diinginkan, seperti intoleran dan rawan ideologi radikal, banyak kita temukan bagaimana mereka belajar agama lewat internet merasa dirinya sudah tau banyak dan tidak peduli terhadap informasi lain dari sumber yang lebih paham, padahal fungsi kontrol terhadap benar atau salahnya sebuah informasi di internet masih sangat terbatas, di sini lah peran guru, ustaz, teungku, abu dan kiai semua sebagai pembimbing selalu kita perlukan, imbuhnya.

Oleh karenanya menggunakan media online sebagai sarana mendapatkan ilmu pengetahuan perlu diimbangi dengan peran para guru dan kiai serta teungku untuk membimbing kita semua, masyarakat perlu dengan bijak untuk terus waspada dan selektif dalam memilih aplikasi informasi khususnya yang terkait dengan dalil-dalil tentang agama, tegas putra asal Aceh.

Jadikan belajar agama di internet untuk proses awal meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan, akan tetapi tuntutan dari para guru secara langsung tidak boleh diabaikan. Masyarakat pengguna platform digital harus mampu mendapatkan guru yang dapat mendampingi belajar agama, sebab belajar agama tanpa guru merupakan sesuatu hal yang rawan, karena akan mengarah pada gagal paham terhadap dalil agama dan mudah disusupi oleh pemikiran dan aliran yang sesat, katanya.

Terkhusus bagi generasi muda yang berada di Aceh, Alhamdulillah kita patut bersyukur masih banyak dayah serta ulama-ulama sebagai pelita cahaya tempat kita bertanya, menimba ilmu dan meminta bimbingan mereka. Datangi dan mintalah nasihat serta bimbingan para ulama, yakinlah dengan bimbingan mereka kita akan mendapatkan pemahaman ilmu dan perilaku kehidupan sehari-hari yang lebih baik dan terarah, pungkasnya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Oops ! Mohon Maaf Anda Tidak Bisa Meng-Copy Paste Contes di Situs Kami !