Malem Diwa memiliki dua jenis kopi yaitu Arabika dan Robusta. Untuk Arabika punya beberapa varian rasa. Selain itu, juga memiliki beberapa produk seperti ekstrak kopi arabica, arabica specialty, robusta organik, arabica peabeary, arabika rasa anggur, arabika super serta arabika longberry.
Aceh tidak hanya sebagai Serambi Mekkah, namun juga dikenal sebagai Provinsi dengan julukan 1001 warung kopi. Aceh memang dikenal memiliki kopi yang khas dikalangan para penggemar kopi. Ada banyak jenis kopi dengan cita rasa khas Aceh seperti kopi Gayo dan kopi Ulee Kareng. Tak heran, hal ini membuat sebagian besar masyarakat memilih untuk merintis usaha produksi bubuk kopi, salah satunya ‘Malem Diwa’ beralamat di Jln Mata’ie No. 3, Simpang Gue Gajah, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) milik Muslim Saman (52) ini sudah ada sejak tahun 2009. Usaha ini berdiri karena melihat permintaan pasar dan banyak pengunjung dari luar yang datang ke Aceh pasca tsunami melirik kopi seperti Arabika. Sementara saat itu masyarakat belum melirik Arabika sebagai kopi yang bagus.
“Saya melihat ada potensi yang sangat besar kedepan seiring Aceh saat itu banyak dikunjungi oleh orang luar pasca tsunami. Jadi ini momentum yang baik, untuk usaha kopi khususnya kopi arabika gayo,” ujar Muslim, Selasa (15/8/2023).
Saat ini, kata dia hampir semua warung kopi yang ada di Aceh mengunakan kopi Arabika. Dimana sebelumnya, kopi Arabika belum terlalu dikenal di Aceh, padahal lanjut Muslim, diluar kopi Arabika Gayo sudah dikenal luas.
“Tapi sekarang respon pasarnya Kopi Arabika sangat bagus dan sekarang semua warung sudah menyediakan kopi Arabika. Respon pasarnya sangat bagus dan berlanjut sampai sekarang,” ujar Muslim.
Untuk mengolah kopi Arabika, kata dia memang harus menggunakan teknologi mesin. Sementara kopi yang ia gunakan diambil langsung dari daerah Takengon, Aceh Tengah yang merupakan daerah penghasil kopi Arabika terbaik di Indonesia, bahkan sudah dikenal sampai mancanegara.
“Kita menyediakan dua jenis kopi yaitu Arabika dan Robusta. Untuk Arabika juga terdapat beberapa varian rasa,” ungkapnya.
Dalam usaha memperluas pasar produk, Malem Diwa dipasarkan menggunakan aplikai online seperti Shoope. Sedangkan untuk pemasaran dalam kota, Malem Diwa sudah tersedia di beberapa outlite souvenir dan swalayan yang ada di Aceh.
“Harga jual bervariasi, untuk kopi Arabika dijual mulai harga Rp160 sampai dengan Rp600 ribu perkilonya. Sedangkan untuk harga Kopi Robusta berkisar dari Rp100 sampai dengan Rp120 ribu perkilonya,” tutur Muslim.
Saat ini kata dia, usaha Malem Diwa memiliki dua orang karyawan, dengan omset sekitar Rp20 sampai dengan Rp30 juta perbulan dan sudah memiliki pelanggang tetap baik masyarakat Lokal maupun Luar Kota.
Malem Diwa juga sering mengikuti event-event baik dalam kota maupun diluar kota, seperti jogja, Tangerang, serang, batam, Jakarta, bahkan penang dan lainnya. Guna menjaga legalitas produk, Malem Diwa sudah mendaftarkan produk ke Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) oleh Kementrian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI sejak akhir tahun 2022.
“Kami berharap semoga kedepan usahanya terus maju dan berkembang. Kami juga mita dukungan dari semua piak agak membantu usaha kami. Karena jika usaha ini maju tentu saya juga bisa membuka lapanga pekerjaan,” harapnya.