Tekad Bumoe Karya Farm, Menghidupkan Kembali Penganan Raja Aceh Lewat Budidaya Breuh Sigupai
Bumoe Karya Farm yang merupakan badan usaha yang bermitra dengan para petani untuk berfokus mengembangkan beras sigupai.
Beras menjadi salah satu bahan pokok yang dikonsumsi orang Indonesia. Jadi tidak heran bila jika dari Sabang Sampai Merauke memiliki jenis beras yang berbeda-beda. Di Aceh, tepatnya wilayah Aceh Barat Daya terdapat salah satu jenis beras yang namanya ialah Breuh Sigupai.
Dalam bahasa Indonesia “Breuh Sigupai” diartikan sebagai “beras segenggam”. Wilayah Aceh Barat Daya atau disingkat Abdya memang terkenal dengan daerah penghasil beras di Aceh. Terutama beras sigupai yang katanya menjadi makanan pokok yang disukai oleh Raja-Raja di Aceh atau Ulee Balang dahulu.
Meski disinyalir sudah ada sejak puluhan tahun lalu hingga sempat juga bibitnya habis tidak dibudayakan kembali namun kini kita bisa merasakan kenikmatan nasi dari beras Sigupai ini. Melalui beras sigupai peunajoh raja yang dibudayakan oleh Bumoe karya farm yang terdapat di wilayah Aceh barat daya.
Founder Bumoe Karya Farm, Indra Saputra (37 tahun) mengungkapkan awal mula ia membangun budidaya breuh sigupai di tahun 2013 lalu. Saat itu ia mendapatan bibit breuh sigupai dari salah seorang masyarakat.
“Salah seorang masyarakat abdya berkunjung ke rumah yang terdapat di wilayah pedalaman. Kemudian disana ia disuguhkan nasi, namun setelah mencoba ia merasakan nasi yang berbeda, nasi tersebut bercita rasa yang nikmat. Kemudian ia bawalah bibit tersebut ke wilayah Abdya,” tutur Indra, Selasa (15/8/2023).
Lebih lanjut ia menjelaskan, setelah bibit tersebut dibudidayakan oleh sejumlah petani dan kemudian panen. Ternyata rasa yang dihasilkan beras dari bibit padi tersebut sama dengan beras sigupai yang hilang 30 tahun lalu. Kemudian indra terus mengembangkan budidaya Breuh Sigupai ini.
“Saat itu belum banyak petani yang tertarik dikarenakan harus mengeluarkan lebih banyak waktu dan biaya untuk bisa mendapatkan beras sigupai. Selain itu, agar medapatkan keuntungan petani harus menjual beras sigupai dengan harga 3 kali lipat lebih mahal dari pada harga beras biasa,” ungkapnya.
Padahal, menurutnya beras sigupai memiliki keunggulan dari beras-beras pada umumnya, seperti lebih wangi, tekstur lebih lembut dan rasa yang lebih nikmati. Namun karena kurangnya minat petani untuk membudiadayakan beras ini. Karena itu grafik penjualan breuh sigupai mengalami kenaikan serta punurunan setiap tahunnya.
Hingga pada tahun 2022, Indra mendirikan bumoe karya farm yang merupakan badan usaha yang bermitra dengan para petani untuk berfokus mengembangkan beras sigupai.
Indra mengaku, Bumoe karya farm saat ini sudah menggaet 15 petani. Bumoe karya farma petani akan diedukasi ilmu menanam yang baik, tanpa menggunakan bahan kimia untuk hasil beras dengan kualitas yang tinggi. Selain itu, Bumoe karya farm juga ikut menampung hasil tani serta memasarkan produk.
“Alhamdulillah, dengan hasil yang hadir saat ini semangat petani juga meningkat dan lahan tanam pun juga sudah bertambah. Meskipun saat ini produktivitas tergolong kecil namun selalu ada perkembangan baik dari waktu ke waktu bahkan sudah melakukan pengiriman hingga ke Arab Saudi,” tutur Indra.
Diketahui, bumoe karya farm juga memiliki peraturan sendiri untuk menilai apakah beras sigupai hasil panen petani layak dipasarkan, hal ini dilakukan guna menunjang kualitas dari beras sigupai peunajo raja tetap tinggi.
Indra menuturkan proses beras sigupai di budidaya miliknya juga terjaga dan masih menggunakan alat tradisional. Dimana padi baru bisa dipanen setelah 125 hari, dijemur hingga dipastikan kadari air di bawah 5 persen hingga pengemasan yang terjaga.
“Kita ingin menjamin konsumen yang ingin mengonsumsi beras sigupai dari peunajoh raja ini benar-benar berkualitas dan sehat. Bahkan, untuk mengantisipasi penggunaan bahan kimia dalam melawan hama padi, kami ikut memberikan inovasi formula khusus dari bahan organik dan Alhamdulillah hasinya baik,” tutupnya.
Saat ini, breuh sigupai peunajoh raja dari bumoe karya farm, Abdya memiliki dua jenis kemasan. Yakni kemasan 1 Kg yang dijual Rp. 38 ribu dan kemasan 5 kilo dijual Rp. 185 ribu.