Banda Aceh – Mulai membaiknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit disambut antusias oleh kalangan petani di Aceh. Hal ini sangat mengembirakan mengingat hampir separuh masyarakat Aceh berprofesi sebagai patani sawit, khususnya di wilayah Pantai Barat-Selatan hingga wilayah Timur.
Sebelumnya harga terendah TBS di tingkat petani sawit mandiri, jatuh pada level kisaran Rp500 sampai Rp800 per kilogram. Harga tersebut tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan petani termasuk juga harga pupuk yang cukup mahal.
“Namun, belakangan harga mulai membaik bahkan berada pada kisaran Rp. 1000 hingga Rp.1200 rupiah per kilogram,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Aceh, Marzuki, SE., MM pada media ini, Rabu 3 Agustus 2022.
Menurut Marzuki, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh menyambut baik peningkatan harga TBS dalam 1 minggu terakhir ini mengingat masyarakat Aceh banyak yang berprofesi sebagai petani sawit sehingga akan meningkatkan pendapatannya.
Dia menilai kenaikan harga TBS tak lepas dari telah dibukanya kran ekspor Crude Palm Oil/CPO oleh pemerintah, dimana meredanya dampak pandemi Covid-19 serta tumbuhnya perekonomian global membuat permintaan komoditas semakin meningkat.
“Ini sangat mengenbirakan bagi masyarakat hari ini, dulu memang diberhentikan ekpor, sehingga CPO tidak dibawa ke mana-mana hanya di dalam negeri saja, maka harga akan jatuh dan dampaknya ke masyarakat petani sawit,” jelas Marzuki.
Menurut Marzuki, petani sawit di Aceh sangat banyak bahkan di wilayah Barat-Selatan seperti di Kabupaten Abdya sudah memiliki pabrik-pabrik pengolahan CPO milik perusahaan swasta.
“Artinya kalau harga CPO turun sangat berpengaruh dengan rakyat Aceh yang mengantungkan hidupnya di sektor petani sawit.bahkan, ini salah satu yang membuat masyarakat miskin, tapi dengan dibukanya ekspor tentu sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani sawit di Aceh,” ujarnya.
Marzuki menilai jika harga CPO terus naik maka secara signifikan masyarakat miskin Aceh akan menurun drastis bahkan akan naik kelas menjadi masyarakat menengah.
Itu sebabnya, Disperindag Aceh akan terus melakukan terobosan-terobosan guna menjaga harga kelapa sawit tidak jatuh sehingga akan mengurangi masyarakat miskin di Aceh dengan harapan Aceh tidak lagi masuk sebagai provinsi paling miskin di Indonesia.
“Sebagai pemerintah, kami akan terus berupaya tu poksi kami dalam hal meningkatkan pendapatan petani sehingga bisa mengurangi angka-angka kermiskinan di Aceh,” harap Marzuki.