Banda Aceh – Kegiatan forum investasi terbesar di Aceh “Aceh Gayo Sustainable Investment Dialogue” (AGASID), kembali digelar oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh bersama Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Aceh di Hermes Palace Hotel Banda Aceh. Forum investasi ini telah dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun yakni, sejak tahun 2021 hingga 2023. Adapun tema yang diusung pada AGASID 2023 adalah “Strengthening Aceh’s Economy Through Sustainable Investment and Value Added Commodities”. Tema tersebut diyakini sangat tepat dengan Provinsi Aceh mengingat investasi yang berkelanjutan dan komoditas-komoditas yang bernilai tambah mampu mengakselerasi dan memberikan multiplier effect pada perekonomian daerah.
Adapun tujuan utama dari penyelenggaraan kegiatan tersebut yaitu perekonomian Aceh mampu tumbuh kuat dan inklusif. AGASID 2023 mendapat sambutan hangat dari para stakeholders. Hal tersebut tercermin dari kehadiran Paduka Yang Mulia (PYM) Wali Nanggroe Aceh, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Kepala DPMPTSP Aceh, Dirjen BKPM Hilirisasi Mineral dan Batu Bara, Kepala Daerah dari beberapa Kab/Kota di Aceh, pelaku usaha, perbankan, dan akademisi.
Untuk memeriahkan acara puncak AGASID 2023, beberapa rangkaian kegiatan telah terselenggara melalui road to AGASID 2023 seperti Aceh Investment Planning Forum (AIPF), Diseminasi Kajian Kelautan dan Perikanan Aceh dengan tema Optimalisasi dan Peluang Investasi, Capacity Building dan Workshop pelaku usaha kopi di Aceh, seminar nasional bertajuk Aceh Economic Forum (AEF), serta beberapa perlombaan seperti lomba pembuatan video profil investasi, dan lomba penulisan artikel opini.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Rony Widijarto P mengatakan bahwa memang masih terdapat tantangan terkait investasi di Aceh utamanya terkait hilirisasi. Merespon tantangan tersebut, Rony menyebutkan bahwa setidaknya ada 6 tantangan utama yang sering dihadapi sepanjang proses menuju hilirisasi komoditas unggulan. Beberapa tantangan tersebut yaitu, keterbatasan sarana dan prasarana, permintaan yang belum continue, terbatasnya kapasitas sumber daya manusia (SDM), fluktuasi harga bahan baku, masalah permodalan, hingga sistem kelembagaan yang belum kuat.
“Sebagai contoh, untuk membentuk ekosistem hilirisasi pertanian yang matang, diperlukan pengembangan dari hulu hingga hilir. Pengembangan ini dimulai dari pembenihan/pembibitan hingga pemasaran yang harus didukung oleh fasilitasi akses pembiayaan sehingga pengembangan dapat berjalan dengan baik. Kita lihat saja dari hilirisasi beras, luas panen padi di Sumatera secara keseluruhan terus menurun, termasuk di Provinsi Aceh. Namun, mekanisasi dan produktivitas Provinsi Aceh merupakan yang terbaik dibandingkan provinsi lain se-Sumatera”, tegas Rony Widijarto P.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap banyak investor yang tertarik menanamkan modal di Aceh. Mari kita dorong perekonomian Aceh melalui investasi yang berkelanjutan dan komoditas-komoditas bernilai tambah”, ungkap Rony Widijarto P.
Sementara itu Dirjen hilirisasi mineral dan batu bara BKPM Hasyim menambahkan, untuk meningkatkan daya tarik investasi di Aceh, promosi yang berkualitas dan menyeluruh sangatlah diperlukan. Promosi tidak hanya sekedar menginformasikan potensi dan peluang investasi yang ada, tetapi juga menyampaikan kemudahan berusaha, insentif fiskal, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya.
Salah satu kunci penting lain untuk mencapai investasi yang berkelanjutan adalah dengan masuknya peran swasta. “Kolaborasi dengan pihak swasta harus dapat mendukung pembangunan Aceh secara berkelanjutan terutama dalam menggali peluang-peluang investasi dan hilirisasi”, ungkap Hasyim, Dirjen hilirisasi mineral dan batu bara BKPM, yang hadir mewakili Menteri Investasi/BKPM Bahlil Lahadalia.
Untuk memperkaya informasi calon investor, kegiatan AGASID 2023 dilanjutkan dengan Field Trip potensi investasi Kota Sabang pada hari Rabu (11/10), kepada Para investor akan diajak melihat potensi strategis Pulau Weh dan sekitarnya dengan mengunjungi CT 3, CT 1, Lhok Weng Resort, dan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Ie Meulee. Kota Sabang adalah salah satu daerah dari banyak Kabupaten/Kota di Aceh yang memiliki daya jual tinggi di taraf internasional.