Banda Aceh – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh Mohd Tanwier menyebut kebutuhan telur untuk Aceh masih sangat tergantung pasokan dari Medan (Sumatera Utara).
Dia menagatkan bahwa pasokan telur ayam hampir 90 persen lebih itu dari Sumatera Utara. Karena sebagian besar dipasok dari Sumut, kata Tanwier, maka dari itu harga telur ayam di Aceh naik dalam beberapa waktu ini, karena terjadi permasalahan pada biaya operasional hingga akibat banjir di sejumlah daerah di Aceh.
Tanwier mengatakan, saat ini harga telur di Aceh naik menjadi Rp26.700 per kilogram dari normal Rp24.000 per kilogram. Termasuk harga per papannya.
“Per papannya sekarang naik menjadi Rp50.000 dari harga normal hanya Rp40.000 sampai Rp42.000 per papannya,” ujarnya.
Tanwier menjelaskan, harga telur di Aceh meningkat karena terjadinya kenaikan biaya operasional terhadap telur itu sendiri. Kemudian juga ada kaitannya dengan pakan dari peternak ayam petelur.
“Mungkin ada pengaruh sedikit akibat banjir di Kabupaten Aceh Utara dan Aceh Timur (jalur lintas Aceh-Sumut),” kata Tanwier.
Jika melihat trendnya, kata Tanwier, harga telur tersebut diperkirakan bakal terus naik, namun itu semua juga tergantung kebijakan pemerintah terhadap hal ini.
Selain masalah telur, Tanwier juga menyampaikan bahwa saat ini terjadi permasalahan terhadap gula, karena dilaporkan stok gula sekarang ini mulai menipis hingga ke nasional.
“Kemungkinan menurunnya stok pemerintah itu dikarenakan telatnya impor gula, dan juga musim paceklik di beberapa tempat terhadap produksi tebu,” kata Tanwier.
Untuk Aceh, meski stok gula mulai menipis, namun diperkirakan masih mencukupi, harganya gula pasir di Aceh saat ini mencapai Rp15.000 per kilogram.(Adv)